Maukah kamu menjadi pacarku?”. Dengan nada yang agak bergetar Biyan
memberanikan diri menyatakan cintanya kepada cewek cantik yang selama
ini dikaguminya. “Maaf aku gak bisa menerimamu, aku sudah punya pacar”.
Jawab seseorang yang berada didepan Biyan. “Iya memang aku gak pantas
buat seseorang secantik kamu, tapi ijinkan aku tetap berteman denganmu”.
“Oke, aku juga suka berteman denganmu, kamu baik kok orangnya”. “Rajin
menabung pula” Biyan menambah omongan Ara dengan tertawa tapi tidak ada
yang tahu jika hatinya sudah hancur berkeping-keping. Setelah mereka
mengobrol dan bercanda agak lama Biyan memutuskan untuk kembali keruang
kelasnya karena sebentar lagi bel masuk berbunyi. Sejak kejadian pagi
itu Biyan semakin dekat dengan Ara. Ditolak, bagi Biyan bukanlah akhir
dari segalanya bahkan menurutnya itu adalah awal dari suatu hubungan.
Ara? Ya Ara cewek cantik yang selalu membuat hati Biyan dag dig dug
setiap melihatnya.
Teeet…..teeeet…..teeet jam sekolah berbunyi, Ara menerobos gerombolan
siswa lain yang keluar dari kelasnya masing-masing. Ia menengok
kesana-kemari mencari sosok yang akan ia jadikan ojek saat ini. “Biyan,
antarin aku ke toko buku ya?” Suara Ara dengan manja setelah menemukan
temannya yang setia itu. “emang pacarmu kemana?”. “Dia gak bisa nganter
soalnya ada latihan basket katanya, padahal ada buku yang pingin aku
beli, antarin ya”. Tidak tega melihat cewek idamannya memelas, Biyanpun
mengalah untuk mengantar Ara ke toko buku. “Makasih ya kamu baik banget
deh” kata Ara bersemangat, Biyan hanya tersenyum.
Meskipun Biyan selalu dijadikan ojek dan disuruh kesana kemari oleh
Ara, Biyan tak sedikitpun keberatan, dia malah suka karena lebih sering
bertemu. Ara juga sering curhat ke Biyan jika ia punya masalah dengan
pacarnya. Saat pacarnya membatalkan rencananya untuk pergi ke rumah Ara,
Ara juga cerita kepada Biyan, Biyan selalu membiarkan ia cerita
semuanya walau hatinya terasa panas dibakar api cemburu. “Menurutmu
gimana Bi, kemaren tiba-tiba Chan batal pergi kerumahku padahal ia sudah
janji, aku sudah menunggunya sampai aku tertidur, apakah dia sudah
tidak sayang lagi sama aku?” “Jangan cepat mengambil keputusan seperti
itu, mungkin dia sibuk, secara dia kan ketua ekskul basket, kamu tau
sendiri kan bulan ini akan banyak pertandingan.” Biyan mencoba untuk
menenangkan Ara, padahal Biyan tau yang sebenarnya. Ara membenarkan
jawaban Biyan meskipun rasa kecewa masih melekat pada dirinya. “Dasar
pembohong” runtuk Biyan dalam hati. Padahal kemarin saat Biyan pergi ke
sebuah kafe, Biyan melihat Chan pacar Ara sedang berduaan dengan seorang
cewek yang tidak kalah cantik dari Ara (nah loh).
“Hei Biyan kenapa diam saja?” Ara membuyarkan lamunan Biyan. “ Eh,
gak kok, keluar cari makan yuk?” Kebetulan Ara memang sudah lapar, Ara
sangat bersemangat mengiyakan ajakan Biyan. Detik demi detik, hari demi hari telah berjalan silih berganti, Chan
semakin menjauh dari Ara. Tetapi ketika Ara bertanya kepada Chan tentang
perubahan sikapnya, Chan selalu bilang kalau sekarang dia sibuk dengan
segala urusannya. Lagi-lagi Biyanlah yang menjadi tempat luapan
kesedihannya. Biyan selalu membungkam saat ia merasa sangat cemburu,
karena ia selalu tak tega melihat Ara yang selalu banjir air mata saat
curhat dengannya (bagaimana sodara sakit gak tuh hati Biyan?). “Kenapa
sih Bi setiap aku ajak jalan Chan selalu nolak? Air mata Ara sudah
menganak sungai. “Mungkin aja emang dia beneran sibuk” kata biyan sambil
menenangkannya. “Sibuk kok terus sih” Ara tidak puas dengan jawaban
Biyan. “Udahlah nanti kalu dia sudah tidak sibuk lagi aku yakin dia
pasti menghubungimu lagi, siapa sih yang tega ninggalin cewek secantik
kamu?” Ara hanya tersenyum menanggapi pujian Biyan.“Biyan anterin aku ke rumah Chan, tadi dia gak masuk sekolah katanya
sih sakit.” Dengan wajah memohon dan khawatir Ara melancarkan niatnya
untuk menjadikan Biyan ojek kembali. OJEK. Sekali lagi OJEK. MengOJEK
kerumah pacar cewek yang ia suka (saatnya koprol sambil bilang WOW).
“Sorry aku gak bisa ngantarin kamu” jawab Biyan dengan santai. “ayolah
Bi sebentar saja aku pingin liat keadaannya saja, lantas kita pulang”.
“Maaf aku gak bisa”. Dengan wajah yang sangat kecewa Ara keluar dari
rumah Biyan ia memberhentikan sebuah taxi yang akan membawanya kerumah
Chan.“Apa-apaan kamu Chan? Siapa cewek ini?” Ara sangat marah setelah
mempergoki pacarnya sedang bermesraan dengan cewek lain. “Dengarkan aku
dulu, ini bukan siapa-siapa” Belum sempat menjelaskan Ara segera
mencerocos kembali “Jadi cewek ini yang membuat kamu selalu menolak
ajakanku, cewek ini juga yang membuat kamu bolos sekolah hari ini.”
Rupanya Chan habis dari mall karena di depan Chan dan selingkuhannya
atau temannya itu gak tau siapanya Chan banyak barang belanjaan yang
masih terbungkus rapi. “Oke Chan aku gak terima dengan semua ini,
mending kita putus.” Dengan menahan air mata Ara meninggalkan rumah
Chan. Anehnya Chan tidak mengejar Ara atau menjelaskan tentang cewek
yang menjadikan sumber hubungannya berantakan, ia malah duduk kembali
bersama cewek tersebut.
Ternyata setelah Ara keluar dari rumah Chan ia tidak langsung
kerumahnya tapi ia ke rumah Biyan. Ia bercerita semuanya ke Biyan.
Karena Biyan mengetahui sebelumnya bahwa Chan adalah cowok gak bener
jadi Biyan cuma diam saja sambil menjadi pendengar setia. Cuma sesekali
saja Biyan menanggapi omongan Ara. Setelah matahari sedikit hilang dari
peradaban Ara pamit untuk pulang dengan mata yang sedikit sembab. Ara
pulang dengan jalan kaki karena rumahnya tidak jauh dari rumah Biyan.
Setelah sampai di rumah, Ara memikirkan kejadian yang tak pernah ia
pikirkan sebelumnya. Ara mengeluarkan air matanya kembali. Ara sadar
bahwa selama ini ia salah pilih. Disekitarnya banyak yang benar-benar
sayang kepadanya. Biyan, ya Biyan selalu sayang dan perhatian
terhadapnya. Ara ingin sekali meminta maaf kepada Biyan karena ia
menolaknya waktu itu. Ia ingin segera move on, karena ia sadar cowok
seperti Chan tak pantas untuk ditangisi. Ara ingin melabuhkan hatinya di
dermaga hati Biyan. Tak sabar Ara langsung menuju rumah Biyan kembali
untuk mngatakan kata hatinya. Setelah kurang dari beberapa meter dari
rumh Biyan, Ara melihat Biyan keluar dengan motor kesayangannya dan
membonceng seorang cewek yang tidak tau siapa dia karena langit sudah
gelap. Rupanya Ara mulai merasakan sesuatu di dalam hatinya. Ara tidak
pulang tapi ia meneruskan ke rumah Biyan. Ia segera menanyakan kepada
ibu Biyan kemana Biyan pergi. Ara langsung shock setelah mendengar
kata-kata wanita didepannya itu “gak tau mbak Ara, Biyan kemana, yang
ibu tau ia keluar sama pacarnya dan pulang agak malem.” JLEB (pacarnya
pemirsa). Lalu Ara pulang kerumahnya lagi-lagi dengan mata air yang
berlinang. Ia sadar telah menyia-nyiakan cowok yang selalu sayang
kepadanya. Kini semua terlambat Biyan sudah menemukan pendaratan hatinya
sendiri.
Kini Biyan semakin menjauh dari Ara, begitupun Ara yang juga menjauh
dari Biyan karena ia tak mau menjadi orang ketiga dari hubungan Biyan ,
meskipun dia sedang jatuh cinta kepadanya. Hari-hari dilewatinya dengan
sendiri tanpa siapapun yang memberi perhatian kepadanya seperti dulu.
Ooooohhhhh…….