Terlambat Sudah

by 7:57 PM 0 komentar
     Maukah kamu menjadi pacarku?”. Dengan nada yang agak bergetar Biyan memberanikan diri menyatakan cintanya kepada cewek cantik yang selama ini dikaguminya. “Maaf aku gak bisa menerimamu, aku sudah punya pacar”. Jawab seseorang yang berada didepan Biyan. “Iya memang aku gak pantas buat seseorang secantik kamu, tapi ijinkan aku tetap berteman denganmu”. “Oke, aku juga suka berteman denganmu, kamu baik kok orangnya”. “Rajin menabung pula” Biyan menambah omongan Ara dengan tertawa tapi tidak ada yang tahu jika hatinya sudah hancur berkeping-keping.   Setelah mereka mengobrol dan bercanda agak lama Biyan memutuskan untuk kembali keruang kelasnya karena sebentar lagi bel masuk berbunyi. Sejak kejadian pagi itu Biyan semakin dekat dengan Ara. Ditolak, bagi Biyan bukanlah akhir dari segalanya bahkan menurutnya itu adalah awal dari suatu hubungan. Ara? Ya Ara cewek cantik yang selalu membuat hati Biyan dag dig dug setiap melihatnya.
 
     Teeet…..teeeet…..teeet jam sekolah berbunyi, Ara menerobos gerombolan siswa lain yang keluar dari kelasnya masing-masing. Ia menengok kesana-kemari mencari sosok yang akan ia jadikan ojek saat ini. “Biyan, antarin aku ke toko buku ya?” Suara Ara dengan manja setelah menemukan temannya yang setia itu. “emang pacarmu kemana?”. “Dia gak bisa nganter soalnya ada latihan basket katanya, padahal ada buku yang pingin aku beli, antarin ya”. Tidak tega melihat cewek idamannya memelas, Biyanpun mengalah untuk mengantar Ara ke toko buku. “Makasih ya kamu baik banget deh” kata Ara bersemangat, Biyan hanya tersenyum.
Meskipun Biyan selalu dijadikan ojek dan disuruh kesana kemari oleh Ara, Biyan tak sedikitpun keberatan, dia malah suka karena lebih sering bertemu. Ara juga sering curhat ke Biyan jika ia punya masalah dengan pacarnya. Saat pacarnya membatalkan rencananya untuk pergi ke rumah Ara, Ara juga cerita kepada Biyan, Biyan selalu membiarkan ia cerita semuanya walau hatinya terasa panas dibakar api cemburu. “Menurutmu gimana Bi, kemaren tiba-tiba Chan batal pergi kerumahku padahal ia sudah janji, aku sudah menunggunya sampai aku tertidur, apakah dia sudah tidak sayang lagi sama aku?” “Jangan cepat mengambil keputusan seperti itu, mungkin dia sibuk, secara dia kan ketua ekskul basket, kamu tau sendiri kan bulan ini akan banyak pertandingan.” Biyan mencoba untuk menenangkan Ara, padahal Biyan tau yang sebenarnya. Ara membenarkan jawaban Biyan meskipun rasa kecewa masih melekat pada dirinya. “Dasar pembohong” runtuk Biyan dalam hati. Padahal kemarin saat Biyan pergi ke sebuah kafe, Biyan melihat Chan pacar Ara sedang berduaan dengan seorang cewek yang tidak kalah cantik dari Ara (nah loh).
      “Hei Biyan kenapa diam saja?” Ara membuyarkan lamunan Biyan. “ Eh, gak kok, keluar cari makan yuk?” Kebetulan Ara memang sudah lapar, Ara sangat bersemangat mengiyakan ajakan Biyan. Detik demi detik, hari demi hari telah berjalan silih berganti, Chan semakin menjauh dari Ara. Tetapi ketika Ara bertanya kepada Chan tentang perubahan sikapnya, Chan selalu bilang kalau sekarang dia sibuk dengan  segala urusannya. Lagi-lagi Biyanlah yang menjadi tempat luapan kesedihannya. Biyan selalu membungkam saat ia merasa sangat cemburu, karena ia selalu tak tega melihat Ara yang selalu banjir air mata saat curhat dengannya (bagaimana sodara sakit gak tuh hati Biyan?). “Kenapa sih Bi setiap aku ajak jalan Chan selalu nolak? Air mata Ara sudah menganak sungai. “Mungkin aja emang dia beneran sibuk” kata biyan sambil menenangkannya. “Sibuk kok terus sih” Ara tidak puas dengan jawaban Biyan. “Udahlah nanti kalu dia sudah tidak sibuk lagi aku yakin dia pasti menghubungimu lagi, siapa sih yang tega ninggalin cewek secantik kamu?” Ara hanya tersenyum menanggapi pujian Biyan.“Biyan anterin aku ke rumah Chan, tadi dia gak masuk sekolah katanya sih sakit.” Dengan wajah memohon dan khawatir Ara melancarkan niatnya untuk menjadikan Biyan ojek kembali. OJEK. Sekali lagi OJEK. MengOJEK kerumah pacar cewek yang ia suka (saatnya koprol sambil bilang WOW). “Sorry aku gak bisa ngantarin kamu” jawab Biyan dengan santai. “ayolah Bi sebentar saja aku pingin liat keadaannya saja, lantas kita pulang”. “Maaf aku gak bisa”. Dengan wajah yang sangat kecewa Ara keluar dari rumah Biyan ia memberhentikan sebuah taxi yang akan membawanya kerumah Chan.“Apa-apaan kamu Chan? Siapa cewek ini?” Ara sangat marah setelah mempergoki pacarnya sedang bermesraan dengan cewek lain. “Dengarkan aku dulu, ini bukan siapa-siapa” Belum sempat menjelaskan Ara segera mencerocos kembali “Jadi cewek ini yang membuat kamu selalu menolak ajakanku, cewek ini juga yang membuat kamu bolos sekolah hari ini.” Rupanya Chan habis dari mall karena di depan Chan dan selingkuhannya atau temannya itu gak tau siapanya Chan banyak barang belanjaan yang masih terbungkus rapi. “Oke Chan aku gak terima dengan semua ini, mending kita putus.” Dengan menahan air mata Ara meninggalkan rumah Chan. Anehnya Chan tidak mengejar Ara atau menjelaskan tentang cewek yang menjadikan sumber hubungannya berantakan, ia malah duduk kembali bersama cewek tersebut.
     Ternyata setelah Ara keluar dari rumah Chan ia tidak langsung kerumahnya tapi ia ke rumah Biyan. Ia bercerita semuanya ke Biyan. Karena Biyan mengetahui sebelumnya bahwa Chan adalah cowok gak bener jadi Biyan cuma diam saja sambil menjadi pendengar setia. Cuma sesekali saja Biyan menanggapi omongan Ara. Setelah matahari sedikit hilang dari peradaban Ara pamit untuk pulang dengan mata yang sedikit sembab. Ara pulang dengan jalan kaki karena rumahnya tidak jauh dari rumah Biyan.
       Setelah sampai di rumah, Ara memikirkan kejadian yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Ara mengeluarkan air matanya kembali. Ara sadar bahwa selama ini ia salah pilih. Disekitarnya banyak yang benar-benar sayang kepadanya. Biyan, ya Biyan selalu sayang dan perhatian terhadapnya. Ara ingin sekali meminta maaf kepada Biyan karena ia menolaknya waktu itu. Ia ingin segera move on, karena ia sadar cowok seperti Chan tak pantas untuk ditangisi. Ara ingin melabuhkan hatinya di dermaga hati Biyan. Tak sabar Ara langsung menuju rumah Biyan kembali untuk mngatakan kata hatinya. Setelah kurang dari beberapa meter dari rumh Biyan, Ara melihat Biyan keluar dengan motor kesayangannya dan membonceng seorang cewek yang tidak tau siapa dia karena langit sudah gelap. Rupanya Ara mulai merasakan sesuatu di dalam hatinya. Ara tidak pulang tapi ia meneruskan ke rumah Biyan. Ia segera menanyakan kepada ibu Biyan kemana Biyan pergi. Ara langsung shock setelah mendengar kata-kata wanita didepannya itu “gak tau mbak Ara, Biyan kemana, yang ibu tau ia keluar sama pacarnya dan pulang agak malem.” JLEB (pacarnya pemirsa). Lalu Ara pulang kerumahnya lagi-lagi dengan mata air yang berlinang. Ia sadar telah menyia-nyiakan cowok yang selalu sayang kepadanya. Kini semua terlambat Biyan sudah menemukan pendaratan hatinya sendiri.
      Kini Biyan semakin menjauh dari Ara, begitupun Ara yang juga menjauh dari Biyan karena ia tak mau menjadi orang ketiga dari hubungan Biyan , meskipun dia sedang jatuh cinta kepadanya. Hari-hari dilewatinya dengan sendiri tanpa siapapun yang memberi perhatian kepadanya seperti dulu. Ooooohhhhh…….

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.