Story of Us

by 7:54 PM 0 komentar
     Lusa tanggal 3 Oktober 2014. It’s Friday. Entah antara percaya dengan tidak. Aku selalu have bad time on Friday. Dari berangkat sekolah sudah tidak enak banget moodnya. Teman sekamar kos sudah jadi sasaran pertama yang empuk buat diomel. Tibanya disekolah yang biasanya aku banyak tingkah itu hanya duduk diam sambil ingin makan orang. Al hasil semua teman kelas mendapat ocehan pahit dariku. Maaf ya. Ini minggu minggu dengan tugas yang bejibun. Sekolah pulang sore bahkan sampai petang. Capek? Pasti gausah ditanya lagi. Pada hari itu aku pulang agak siang jam 14.00. Sesampainya di kos, pintu terkunci dan akupun lupa tidak membawa kunci depan. Kebayangkan mangkelnya kayak apa? Huff lah ya pokoknya. Setelah lama menunggu ternyata ada teman kos yang didalam membukakan pintu. Kirain tidak ada siapa siapa di dalam. Ngomel lagi ngomel lagi.


      Langitpun mulai gelap aku berangkat les bersama dua teman kosku yang sama sama kurang waras itu. Di tempat les aku tetap diam. Saat itu sedang diadakan try out. Aku hanya berbicara saat ada temanku yang bertanya saja. Tapi masih punya semangat kalau di ajak selfie hehe. Setengah jam setelah bel masuk aku sudah selesai mengerjakan 20 soal try out tersebut. Tidak ada tutor tidak ada pengawas. Tidak ingin ngomong tidak ingin tolah toleh. Akupun hanya sibuk membalas sms darinya. Dia yang katanya sudah nunggu aku didepan tempat lesku. Dalam pikiranku hanya ingin cepat cepat pulang saja.
      Setibanya aku di kos hanya berkisar beberapa detik setelah aku masuk dia sudah datang ditempat kosku. Akhirnya kita duduk berdua di teras depan. Perlu kalian tau, dalam hati sangat senang, tapi dasar aku sekali badmood ya badmood. Aku tak ingin berbagi cerita apapun dengan dia saat itu. Dia yang awalnya cerita banyak tiba tiba ikut diam sepertinya dia bingung dengan sikapku malam itu. Aku sesekali melihat kearah langit, malam yang tak berbintang pikirku. Beda dengan ketemuan sebelum sebelumnya, sikapnya yang romantic malah membuatku semakin ingin menjauh darinya. Akhirnya tak lama kemudian suasana mencair, kita yang awalnya hanya diam mulai membuka obrolan dengan hal hal yang asik. Baru saja kita cerita cerita ternyata sang waktu mengusirnya untuk pulang. “Ahh sial” renggutku dalam hati.
      Keesokan harinya saat aku masih ingin tidur matahari sudah muncul aja dari tempat persinggahannya yang memaksaku untuk bangun. Pagi itu aku membuka mata dengan perasaan sangat kacau. Aku sayang dengannya tapi kata kata dalam buku itu terngiang sangat jelas memaksaku untuk menjauhinya. Aku takut kehilangannya tapi aku lebih takut dengan apa yang ada dalam buku itu. Hpku bergetar “Gdmorning yang :D” sebuah pesan singkat muncul darinya. Aku bertambah bingung dengan perasaanku sendiri kala itu. Akhirnya kuputuskan untuk bersikap cuek dan meminta agar kita berjauhan saja. Meskipun dengan perasaan yang sangat berat tetap kuketikkan kata demi kata secara halus agar tidak menyinggung perasaannya. Aku masih sayang dengannya. “Tapi ini harus”, batinku dengan tegas. Tidak lama kemudian dia sudah muncul saja didepan gerbang. Yah akhirnya kita keluar bareng, ngedate? Entahlah. “Ahh shit” umpatku dalam hati. Aku ingin melupakannya malah kita jalan berdua. Aku sangat kesal dengannya, diajak bicarapun aku hanya diam. Tapi tak dapat dipungkiri aku juga senang karena sebenarnya aku juga masih sayang degannya. Akhirnya sampailah kita di toko buku. Aku tidak ingin mengecewakannya, sesekali aku mengajaknya bicara begitupun dengannya. Tapi sebenarnya aku tau dia menyimpan kekecewaan yang sangat dalam saat itu. Ketawanya tidak lepas seperti biasanya. Rasa bersalah mulai menghinggapi diriku. “Ini yang terakhir”, ucapnya berulang ulang. Sungguh aku tak ingin moment itu berakhir. Tapi karena aku punya janji dengan temanku kita hanya berkeliling sekitar sejam saja. Ya sangat kurang untuk the last moment for us.
         Senin, 5 Oktober 2014. Ya hari ini, hari dimana aku menulis tulisan usang yang mungkin tak layak baca, tapi ini frontal dari “merekaku” yang ada dalam hati. Pagi yang indah dengan iringan takbir yang terus berkumandang sejak malam tadi. Tapi tidak ada suatu kebahagiaan yang real dalam hatiku. Tidak ada “gdmorning” “bangun” “semangat pagi” semua mengalir begitu saja dengan sangat apa adanya. Aku sangat mengerti aku yang menginginkan hal ini terjadi. “mungkin aku hanya belum terbiasa saja dengan semua ini” aku mulai menepis kesepianku. Setelah pulang dari sholat lebaran kurban tersebut masih saja tidak ada sms masuk dalam hpku. Sepertinya dia sudah memulai untuk menjauhi aku karena pintaku kemaren, tapi ini benar benar tidak enak aku selalu ingin tau apa yang sedang dilakukannya. Apa yang aku lakukan ketika dia mulai tidak ada? Tidur sepuasnya, ya aku tidak ingin menikmati kegalauanku akhirnya kuputuskan untuk tidur seharian. Sesekali aku liat hpku menunggu sms darinya yang aku pun sudah tau tidak bakalan ada. Entah ini keputusan terbaik atau malah sebaliknya. Aku mau bersamamu lagi tapi tidak untuk sekarang. I LOVE YOU GOOD BYE

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.