Lusa tanggal 3 Oktober 2014. It’s Friday. Entah antara percaya dengan
tidak. Aku selalu have bad time on Friday. Dari berangkat sekolah sudah
tidak enak banget moodnya. Teman sekamar kos sudah jadi sasaran pertama
yang empuk buat diomel. Tibanya disekolah yang biasanya aku banyak
tingkah itu hanya duduk diam sambil ingin makan orang. Al hasil semua
teman kelas mendapat ocehan pahit dariku. Maaf ya. Ini minggu minggu
dengan tugas yang bejibun. Sekolah pulang sore bahkan sampai petang.
Capek? Pasti gausah ditanya lagi. Pada hari itu aku pulang agak siang
jam 14.00. Sesampainya di kos, pintu terkunci dan akupun lupa tidak
membawa kunci depan. Kebayangkan mangkelnya kayak apa? Huff lah ya
pokoknya. Setelah lama menunggu ternyata ada teman kos yang didalam
membukakan pintu. Kirain tidak ada siapa siapa di dalam. Ngomel lagi
ngomel lagi.
Langitpun mulai gelap aku berangkat les bersama dua teman kosku yang sama sama kurang waras itu. Di tempat les aku tetap diam. Saat itu sedang diadakan try out. Aku hanya berbicara saat ada temanku yang bertanya saja. Tapi masih punya semangat kalau di ajak selfie hehe. Setengah jam setelah bel masuk aku sudah selesai mengerjakan 20 soal try out tersebut. Tidak ada tutor tidak ada pengawas. Tidak ingin ngomong tidak ingin tolah toleh. Akupun hanya sibuk membalas sms darinya. Dia yang katanya sudah nunggu aku didepan tempat lesku. Dalam pikiranku hanya ingin cepat cepat pulang saja.
Setibanya aku di kos hanya berkisar beberapa detik setelah aku masuk
dia sudah datang ditempat kosku. Akhirnya kita duduk berdua di teras
depan. Perlu kalian tau, dalam hati sangat senang, tapi dasar aku sekali
badmood ya badmood. Aku tak ingin berbagi cerita apapun dengan dia saat
itu. Dia yang awalnya cerita banyak tiba tiba ikut diam sepertinya dia
bingung dengan sikapku malam itu. Aku sesekali melihat kearah langit,
malam yang tak berbintang pikirku. Beda dengan ketemuan sebelum
sebelumnya, sikapnya yang romantic malah membuatku semakin ingin menjauh
darinya. Akhirnya tak lama kemudian suasana mencair, kita yang awalnya
hanya diam mulai membuka obrolan dengan hal hal yang asik. Baru saja
kita cerita cerita ternyata sang waktu mengusirnya untuk pulang. “Ahh
sial” renggutku dalam hati.
Keesokan harinya saat aku masih ingin tidur matahari sudah muncul aja
dari tempat persinggahannya yang memaksaku untuk bangun. Pagi itu aku
membuka mata dengan perasaan sangat kacau. Aku sayang dengannya tapi
kata kata dalam buku itu terngiang sangat jelas memaksaku untuk
menjauhinya. Aku takut kehilangannya tapi aku lebih takut dengan apa
yang ada dalam buku itu. Hpku bergetar “Gdmorning yang :D” sebuah pesan
singkat muncul darinya. Aku bertambah bingung dengan perasaanku sendiri
kala itu. Akhirnya kuputuskan untuk bersikap cuek dan meminta agar kita
berjauhan saja. Meskipun dengan perasaan yang sangat berat tetap
kuketikkan kata demi kata secara halus agar tidak menyinggung
perasaannya. Aku masih sayang dengannya. “Tapi ini harus”, batinku
dengan tegas. Tidak lama kemudian dia sudah muncul saja didepan gerbang.
Yah akhirnya kita keluar bareng, ngedate? Entahlah. “Ahh shit” umpatku
dalam hati. Aku ingin melupakannya malah kita jalan berdua. Aku sangat
kesal dengannya, diajak bicarapun aku hanya diam. Tapi tak dapat
dipungkiri aku juga senang karena sebenarnya aku juga masih sayang
degannya. Akhirnya sampailah kita di toko buku. Aku tidak ingin
mengecewakannya, sesekali aku mengajaknya bicara begitupun dengannya.
Tapi sebenarnya aku tau dia menyimpan kekecewaan yang sangat dalam saat
itu. Ketawanya tidak lepas seperti biasanya. Rasa bersalah mulai
menghinggapi diriku. “Ini yang terakhir”, ucapnya berulang ulang.
Sungguh aku tak ingin moment itu berakhir. Tapi karena aku punya janji
dengan temanku kita hanya berkeliling sekitar sejam saja. Ya sangat
kurang untuk the last moment for us.
Senin, 5 Oktober 2014. Ya hari ini, hari dimana aku menulis tulisan
usang yang mungkin tak layak baca, tapi ini frontal dari “merekaku” yang
ada dalam hati. Pagi yang indah dengan iringan takbir yang terus
berkumandang sejak malam tadi. Tapi tidak ada suatu kebahagiaan yang
real dalam hatiku. Tidak ada “gdmorning” “bangun” “semangat pagi” semua
mengalir begitu saja dengan sangat apa adanya. Aku sangat mengerti aku
yang menginginkan hal ini terjadi. “mungkin aku hanya belum terbiasa
saja dengan semua ini” aku mulai menepis kesepianku. Setelah pulang dari
sholat lebaran kurban tersebut masih saja tidak ada sms masuk dalam
hpku. Sepertinya dia sudah memulai untuk menjauhi aku karena pintaku
kemaren, tapi ini benar benar tidak enak aku selalu ingin tau apa yang
sedang dilakukannya. Apa yang aku lakukan ketika dia mulai tidak ada?
Tidur sepuasnya, ya aku tidak ingin menikmati kegalauanku akhirnya
kuputuskan untuk tidur seharian. Sesekali aku liat hpku menunggu sms
darinya yang aku pun sudah tau tidak bakalan ada. Entah ini keputusan
terbaik atau malah sebaliknya. Aku mau bersamamu lagi tapi tidak untuk
sekarang. I LOVE YOU GOOD BYE