Pagi itu, sebut saja namanya Wini, ia berangkat sekolah dengan
terburu-buru karena matahari sudah mulai menguning. Berjalan sendirian
dengan keringat bercucuran sama sekali tak membuatnya mengeluh.
Sesampainya di sekolah, beruntung Wini tiba pukul 06.55 itu artinya ia
belum terlambat. Mendekati bel masuk berdering membuat koridor-koridor
sekolah mulai sepi, kebanyakan para siswa sudah masuk di kelasnya
masing-masing. Dengan suasana seperti itu membuat Wini salah tingkah
ketika melewatu satu persatu ruang kelas, jantungnya semakin berdebar
ketika melihat seseorang disana. Dan Wini memutuskan langsung untuk
berbelok arah.
“Hai Win, pagi yang cerah”. Wini sontak menengok ke arah suara itu dan terkejut. “Eh iya, pagi” sambil membalas senyum meskipun agak terpaksa. Kini sudah berdirilah seseorang yang ia hindari tadi disampingnya. Joke, Joko keren begitulah teman-temannya menyapa meskipun Joko tidak ada keren-kerennya sama sekali menurut Wini. Joke ialah teman satu sekolah Wini, ia sudah menyimpan rasa dan harapan yang indah dengan Wini. Wini, cewek cuek dan sok polos yang pura-pura tidak tau tentang hal-hal yang berbau asmara menanggapinya dengan alakadarnya. “Tumben sendirian?”. “Iya tadi bangunnya kesiangan, yang lain udah pada duluan” balas Wini dengan wajah garing. Rasanya inigin kabur saja dari perbincangan ini, tapi Wini masih menanggapi untuk menghargainya. “Nanti pulang sekolah bisa ketemu gak?” Tiba-tiba saja darah mengalir deras memutari tubuh Wini. “Iya” jawabnya dengan cepat meskipun agak ragu, lalu ia ngelonyor pergi gitu saja menuju kelasnya.
Tiba-tiba dada Wini sesak dan ia tak mampu lagi menahan tangisnya. Ia sudah takut untuk menyakiti hati seorang cowok. Padahal dalam hatinya ia sudah berjanji buat menghilangkan rasa apa saja yang berbau cinta. Beberapa bulan yang lalu ia telah putus dengan pacarnya karena ia ingin fokus dengan sekolah dan menekuni hobby saja. Belum tau apa yang dibicarakan nanti Wini sudah bingung sendiri. Ia menyiapkan beberapa jawaban jika memang Joke mengungkapkan rasa kepadanya. “Kalau aku terima, aku gak ingin pacaran, lagian aku gak punya perasaan pada siapapun kali ini. Kalau nolak, gak tega juga, kasihan, ngerasa nyakiti juga”. Ia memutar-mutar otaknya bingung antara gak suka dan takut menyakiti.
Tanpa terasa, jarum jam berputar lebih cepat dari biasanya bagi Wini. Bel pulang sudah berbunyi, semua teman-teman Wini sudah menyeruak keluar dari kelasnya. Wini sama sekali tidak ingin pulang, keluar kelaspun ia enggan. Sesuai dengan bisikan hatinya, Joke sudah menunggu didepan kelasnya. Huh jantung Wini berdetak lebih kencang. Ia sengaja bersembunyi di pojokan kelas dan menyuruh temannya untuk memberi tau Joke bahwa ia sudah pulang. Lalu Jokepun meninggalkan kelas Wini dengan raut yang kecewa.
Sesampainya dirumah, seperti biasa Wini langsung menyambar telepon genggamnya. Didapatinya sebuah pesan masuk. Setelah ia buka ternyata itu sms dari Joke, ia meminta untuk janjian besok ketemuan lagi. Tanpa pikir panjang dan tidak mau ambil resiko terlalu banyak, Wini langsung membalasnya dengan alasan tidak suka ketemuan, tetapi memang iya, Wini tidak suka ketemuan dengan siapapun itu. Sebuah balasan yang agak panjang masuk lagi ke layar HP Wini. Sebuah permintaan untuk menjalin hubungan itu dibalas Wini dengan berbagai alasan untuk menolak dengan kata-kata yang super halus agar tidak menyinggung perasaannya dan juga ia ketikkan kata demi kata dengan sangat hati-hati agar tidak ada kata ambigu yang membuat Joke masih mengharapkan dirinya. Akhirnya Joke menerima semua alasan Wini. Dan kini Wini juga merasa tenang tidak harus memiliki dan menyakiti.
“Hai Win, pagi yang cerah”. Wini sontak menengok ke arah suara itu dan terkejut. “Eh iya, pagi” sambil membalas senyum meskipun agak terpaksa. Kini sudah berdirilah seseorang yang ia hindari tadi disampingnya. Joke, Joko keren begitulah teman-temannya menyapa meskipun Joko tidak ada keren-kerennya sama sekali menurut Wini. Joke ialah teman satu sekolah Wini, ia sudah menyimpan rasa dan harapan yang indah dengan Wini. Wini, cewek cuek dan sok polos yang pura-pura tidak tau tentang hal-hal yang berbau asmara menanggapinya dengan alakadarnya. “Tumben sendirian?”. “Iya tadi bangunnya kesiangan, yang lain udah pada duluan” balas Wini dengan wajah garing. Rasanya inigin kabur saja dari perbincangan ini, tapi Wini masih menanggapi untuk menghargainya. “Nanti pulang sekolah bisa ketemu gak?” Tiba-tiba saja darah mengalir deras memutari tubuh Wini. “Iya” jawabnya dengan cepat meskipun agak ragu, lalu ia ngelonyor pergi gitu saja menuju kelasnya.
Tiba-tiba dada Wini sesak dan ia tak mampu lagi menahan tangisnya. Ia sudah takut untuk menyakiti hati seorang cowok. Padahal dalam hatinya ia sudah berjanji buat menghilangkan rasa apa saja yang berbau cinta. Beberapa bulan yang lalu ia telah putus dengan pacarnya karena ia ingin fokus dengan sekolah dan menekuni hobby saja. Belum tau apa yang dibicarakan nanti Wini sudah bingung sendiri. Ia menyiapkan beberapa jawaban jika memang Joke mengungkapkan rasa kepadanya. “Kalau aku terima, aku gak ingin pacaran, lagian aku gak punya perasaan pada siapapun kali ini. Kalau nolak, gak tega juga, kasihan, ngerasa nyakiti juga”. Ia memutar-mutar otaknya bingung antara gak suka dan takut menyakiti.
Tanpa terasa, jarum jam berputar lebih cepat dari biasanya bagi Wini. Bel pulang sudah berbunyi, semua teman-teman Wini sudah menyeruak keluar dari kelasnya. Wini sama sekali tidak ingin pulang, keluar kelaspun ia enggan. Sesuai dengan bisikan hatinya, Joke sudah menunggu didepan kelasnya. Huh jantung Wini berdetak lebih kencang. Ia sengaja bersembunyi di pojokan kelas dan menyuruh temannya untuk memberi tau Joke bahwa ia sudah pulang. Lalu Jokepun meninggalkan kelas Wini dengan raut yang kecewa.
Sesampainya dirumah, seperti biasa Wini langsung menyambar telepon genggamnya. Didapatinya sebuah pesan masuk. Setelah ia buka ternyata itu sms dari Joke, ia meminta untuk janjian besok ketemuan lagi. Tanpa pikir panjang dan tidak mau ambil resiko terlalu banyak, Wini langsung membalasnya dengan alasan tidak suka ketemuan, tetapi memang iya, Wini tidak suka ketemuan dengan siapapun itu. Sebuah balasan yang agak panjang masuk lagi ke layar HP Wini. Sebuah permintaan untuk menjalin hubungan itu dibalas Wini dengan berbagai alasan untuk menolak dengan kata-kata yang super halus agar tidak menyinggung perasaannya dan juga ia ketikkan kata demi kata dengan sangat hati-hati agar tidak ada kata ambigu yang membuat Joke masih mengharapkan dirinya. Akhirnya Joke menerima semua alasan Wini. Dan kini Wini juga merasa tenang tidak harus memiliki dan menyakiti.