Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku dibanding di tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati Mamak dibanding di matanya |
Pulang-Tere
Liye. Bagi seseorang yang tinggal sendiri jauh dari rumah, bahasa kerennya
perantau (meskipun cuma beda kota) merasa tersentil hatinya ketika membaca
novel karya Tere Liye kali ini. Plot yang maju mundur membuat saya tidak bosan
dan susah berhenti dalam membaca novel yang berjudul Pulang. Setelah setahun
vakum tidak membaca novel dan tidak ada ketertarikan dalam membaca, dengan
novel ini saya berhasil membangkitkan semangat membaca kembali.
Menceritakan
seorang Bujang yang berasal dari sebuah desa terpencil di Sumatra diangkat
menjadi anak seorang Tauke Besar penguasa shadow
economy yang tinggal di kota.
Perjalanan Bujang ke kota menyisakan banyak luka.
“Hidup ini adalah perjalanan panjang dan tidak selalu mulus. Pada hari ke berapa dan pada jam ke berapa, kita tidak pernah tau, rasa sakit apa yang harus kita lalui. Kita tidak tau, kapan hidup akan mebanting kita dalam sekali, membuat terduduk, untuk kemudian memaksa kita mengambil keputusan. Satu - dua keputusan itu membuat bangga, sedangkan sisanya lebih banyak menghasilkan penyesalan”
Kisahnya
di kota tidak seperti apa yang ia bayangkan. Ia memikirkan akan dijadikan
seorang tukang pukul seperti teman barunya Kopong maupun Basyir. Tetapi seorang
Bujang keturunan anak seorang tukang pukul teranama malah disekolahkan dan
harus berkutat dengan buku pelajaran tiap harinya. Karena kecerdasannya hanya
membutuhkan waktu sebentar untuk menyelesaikan study yang kemudian dimanfaatkan
untuk mendongkrak perekonomian Tauke Besar dalam memperlebar wilayah
kekuasaannya. Dengan ilmu yang sudah dipelajari “Si Babi Hutan” ini bertugas
untuk melobi-lobi pemegang shadow economy di luar negeri.
“Semua orang punya masa lalu, dan itu bukan urusan siapapun. Urus saja masa lalu masing-masing.”
Masa
lalu orang tua Bujang sunggulah sangat rumit. Masa lalu yang menimbulkan
goresan hati bapak Bujang yang tidak bisa sembuh hingga sekarang. Karena itu
pula yang menyebabkan seorang Bujang harus tingga di kota besar bersama Tauke. Dibalik
kesuksesannya sekarang juga menimbulkan rindu yang terlalu dalam di hati
seseorang.
“...Jangan pernah kau lawan. Karena kau pasti kalah. Mau semuak apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap terbit indah seperti yang kita lihat sekarang. Mau sejijik apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap memenuhi janjinya, terbit dan terbit lagi tanpa peduli apa perasaanmu...”
Tiada
hidup tanpa dirundung masalah. Sejauh apapun kaki kita melangkah untuk menjauhi
masalah, sebenarnya masalah itu tidak menghilang melainkan mengikuti kita di
setiap harinya.
Novel recommended yang membuat saya
susah move on. Bacaan dengan alur tidak terduga yang mengandung inspirasi di
setiap adegannya. “Selalu ada jalan pulang dalam sebuah kemauan. Tinggalkan
sejenak fatamorgana kesuksesan untuk sekedar mengunjungi kampung halaman. Kesibukan
bukanlah sebuah alasan”.
"Sungguh, sejauh apapun kehidupan menyesatkan, segelap apapun hitamnya jalan yang kutempuh, Tuhan selalu memanggil kami untuk pulang."