Review Pulang - Tere Liye

by 9:03 PM 0 komentar


Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku dibanding di tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati Mamak dibanding di matanya



                Pulang-Tere Liye. Bagi seseorang yang tinggal sendiri jauh dari rumah, bahasa kerennya perantau (meskipun cuma beda kota) merasa tersentil hatinya ketika membaca novel karya Tere Liye kali ini. Plot yang maju mundur membuat saya tidak bosan dan susah berhenti dalam membaca novel yang berjudul Pulang. Setelah setahun vakum tidak membaca novel dan tidak ada ketertarikan dalam membaca, dengan novel ini saya berhasil membangkitkan semangat membaca kembali. 


                Menceritakan seorang Bujang yang berasal dari sebuah desa terpencil di Sumatra diangkat menjadi anak seorang Tauke Besar penguasa shadow economy  yang tinggal di kota. Perjalanan Bujang ke kota menyisakan banyak luka.


“Hidup ini adalah perjalanan panjang dan tidak selalu mulus. Pada hari ke berapa dan pada jam ke berapa, kita tidak pernah tau, rasa sakit apa yang harus kita lalui. Kita tidak tau, kapan hidup akan mebanting kita dalam sekali, membuat terduduk, untuk kemudian memaksa kita mengambil keputusan. Satu - dua keputusan itu membuat bangga, sedangkan sisanya lebih banyak menghasilkan penyesalan”

            Kisahnya di kota tidak seperti apa yang ia bayangkan. Ia memikirkan akan dijadikan seorang tukang pukul seperti teman barunya Kopong maupun Basyir. Tetapi seorang Bujang keturunan anak seorang tukang pukul teranama malah disekolahkan dan harus berkutat dengan buku pelajaran tiap harinya. Karena kecerdasannya hanya membutuhkan waktu sebentar untuk menyelesaikan study yang kemudian dimanfaatkan untuk mendongkrak perekonomian Tauke Besar dalam memperlebar wilayah kekuasaannya. Dengan ilmu yang sudah dipelajari “Si Babi Hutan” ini bertugas untuk melobi-lobi pemegang shadow economy di luar negeri. 

“Semua orang punya masa lalu, dan itu bukan urusan siapapun. Urus saja masa lalu masing-masing.”

            Masa lalu orang tua Bujang sunggulah sangat rumit. Masa lalu yang menimbulkan goresan hati bapak Bujang yang tidak bisa sembuh hingga sekarang. Karena itu pula yang menyebabkan seorang Bujang harus tingga di kota besar bersama Tauke. Dibalik kesuksesannya sekarang juga menimbulkan rindu yang terlalu dalam di hati seseorang. 


“...Jangan pernah kau lawan. Karena kau pasti kalah. Mau semuak apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap terbit indah seperti yang kita lihat sekarang. Mau sejijik apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap memenuhi janjinya, terbit dan terbit lagi tanpa peduli apa perasaanmu...”


            Tiada hidup tanpa dirundung masalah. Sejauh apapun kaki kita melangkah untuk menjauhi masalah, sebenarnya masalah itu tidak menghilang melainkan mengikuti kita di setiap harinya. 


            Novel recommended yang membuat saya susah move on. Bacaan dengan alur tidak terduga yang mengandung inspirasi di setiap adegannya. “Selalu ada jalan pulang dalam sebuah kemauan. Tinggalkan sejenak fatamorgana kesuksesan untuk sekedar mengunjungi kampung halaman. Kesibukan bukanlah sebuah alasan”.


"Sungguh, sejauh apapun kehidupan menyesatkan, segelap apapun hitamnya jalan yang kutempuh, Tuhan selalu memanggil kami untuk pulang."

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.